Pergeseran Visualisasi Sosok Lengser dalam Kerajaan Sunda dalam Tarian Sunda
Bandung- Tanganmedia.com - Pernah mendengar kata "Lengser" dalam cerita Pantun Sunda? Atau mungkin pernah mendengar istilah "Mamang Lengser" dalam prosesi tarian mapag Panganten Sunda?
Dua konteks "Lengser" dari dua sumber di atas sebenarnya sama.
Semua terkait dengan sosok atau figur "Lengser" sebagai "Salah seorang tokoh kepercayaan Raja dalam konteks cerita Pantun Sunda". Ini artinya di masa lalu tokoh "Lengser" ini memiliki peran penting sebagai "Humas Kerajaan, Penasehat Raja, penghubung rakyat dengan Raja, dan tokoh yang dianggap sakti mandraguna karena dianggap memiliki wawasan pengetahuan yang luas dan spiritualitas kelas tinggi, tentunya dengan ilmu beladiri (ilmu menca atau usik) yang mumpuni.
Memahami peran dan sosok Lengser itu silahkan simak peran dan ceritanya dalam Pantun Sunda salah satunya Pantun Bogor atau Pajajaran Beukah Kembang dan sebagainya.
Menurut cerita dari mendiang ayah saya, yang kemudian dicrooscheck atau dikuatkan dengan cerita dari Abah Mas Nanu Muda jreknong beleku keung hehe..dosen Tari ISBI, bahwa peran Lengser tersebut sempat divisualisasikan dalam suatu prosesi tarian mapag Panganten pertama kali yang diciptakan oleh Bapak Wahyu Wibisana (tokoh seniman karawitan dan Sastrawan Sunda) yang pada awalnya sebetulnya tampilnya sosok Lengser atau kemudian dikenal sebagai "Mamang Lengser" dalam prosesi tarian itu yang gagah, kewes, bersahaja, berwibawa, dan gumaraya. Namun ada cerita di balik cerita bahwa yang awalnya peran "Mamang Lengser" itu awalnya akan diperankan oleh sosok tertentu yang dianggap ",cocok atau nyekrup" dengan keriteria tersebut, namun si penari sakit atau tidak jadi tampil. Penggantinya adalah sosok yang sedikit tambun, pendek, dan punya sifat kepribadian dasarnya orang humoris. Alhasil ketika ditarikan, malah sosok dan kriteria Lengser awal tidak muncul, yang ada malah sosok "Mamang Lengser" yang umum dikenal hingga kekinian sebagai sosok bodor, tukang bodor atau melucu dan tidak serius spt ibarat sosok si Kabayan.
Menurut cerita Bah Nanu, awalnya pencipta tariansosok lengser ini (yaitu Pak Wahyu Wibisana) sebenarnya tidak suka sosok Lengser yang seolah seperti tukang bodor atau si Kabayan itu, namun audiens dan termasuk para pejabat yang hadir menyaksikan prosesi tarian mapag Panganten ini memberi apresiasi positif dan merasa terhibur. Sehingga Sang Pencipta Tarian mapag Panganten awal itu mau marah menjadi urung alias tidak jadi marah. Karena ternyata publik lebih menerima figur Lengser yang seolah culun, lugu dan tukang bodor sepwrti halnya sosok si Kabayan dalam dunia cerita rakyat Sunda.
Apakah boleh dikata, sehingga hingga kini sosok perang "mamang Lengser" sesungguhnya tidak banyak yang tahu sosok aslinya mengacu pada cerita Pantun Sunda.sayangnya bahkan semakin kesini, sosok Mamang Lengser tak ubahnya seperti sosok Komedian atau sosok Si Kabayan yang jauh sekali dengan sosok Lengser asli dalam perannya di masa Kerajaan Sunda dahulu atau masa Pajajaran. Bahkan adanya peran Ambu yang mestinya ditarikan dengan lemah lembut sebagai sosok Ambu atau Indung, dalam prosesi tarian mapag panganten, bahkan berubah menjadi sosok seperti Ma Lampir yang culun dan terkadang jorang. Pergeseran semakin jauh ketika sosok Ambu ini malah menjadi atau diganti oleh sosok perempuan trans gender yang begitu atraktif dan mengalahkan sosok Mamang Lengser...yang semakin hilang ditelan bumi. Alhasil tarian mapag panganten Sunda yang mestinya agung dan sakral sesuai dengan konteks Pernikahan yang Sakral juga, malah menjadi ajang tontonan profan komedian.
Apakah ini pertanda seniman yang mengikuti arus kesukaan publik atau seniman yang sudah keluar dari tetekon tarian adat kesundaan seperti yang diinisiasi awal oleh Sang Maestro Seni Pak Wahyu Wibisana, atau fenomena ini hanya sebatas sebagai "usaha entertain yang menafikan akar nilai budaya Sunda" atau sebagai suatu kreativitas merdeka para senimannya di era globalisasi?
Sementara itu dalam upacara Adat Seren Taun masyarakat Adat Karuhun Urang Sunda Wiwitan di Cigugur Kuningan, sosok Lengser sebagai Pembuka Doa Rajah atau Pelantun Rajah Pangbuka merupakan sosok sakral dalam bagian pertunjukan Seni Angklung Buncis masih dipertahankan.
(Ira Indrawardana. Antropolog Sunda UNPAD)
Posting Komentar